Salam lestari!
Perkenalkan, aku bukan seorang anggota organisasi pecinta alam, aku bukan orang dengan hobi mendaki gunung, dan aku bukan orang yang berkali-kali mendaki gunung. Aku hanya seorang mahasiswa yang asik dengan kehidupan di alam maya, setiap hari duduk di depan laptop, nunggu update-an dari repo Ubuntu, googling sana-sini buat nge-port Flyme OS (udah discontinued -flymeos . net-) di SG GT-I9500, fans berat Manchester United, tiap hari juga asik belajar desain grafis, gak jauh-jauh pokoknya dari laptop sama internet.
Hari ini 1 Oktober 2013, aku dan 3 orang teman akan melakukan hal yang 'keluar' dari keseharian kami, yaitu mendaki untuk menikmati indahnya blue fire dan pesona lain di Ijen.
Perkenalkan 3 teman saya;
Pertama, Riezto (22)
Anak SI, udah bisa bayangkan kehidupan sehari-harinya kan? Tiap hari galau karena Apple udah merilis iOS 7, mau upgrade atau enggak. Terakhir mendaki: -
Anak SI, udah bisa bayangkan kehidupan sehari-harinya kan? (Kenapa diulang? ya daripada ngasih deskripsi lain, emang kami bertiga satu jurusan). Manusia dengan seribu kegiatan seharinya. Acara di kampus, organisasi, gereja, dan lainnya (mungkin) bikin orang tuanya lupa kalau punya anak satu ini, jarang ada di rumah. Terakhir mendaki: SMP
Bukan Dymas yang jadi kapten TIMNAS U19 kemaren, tapi kapten tim basket di jurusannya. Anak Ekonomi. Tiap hari gak sibuk ngitung duit, tapi ngitung hari kapan skripsi kelar. Terakhir mendaki: SD
Kami berempat cuma punya niat buat bisa melihat indahnya Ijen. Pengalaman jelas meragukan atau bahkan kamu tertawa setelah melihat gambaran kami seperti apa. Cuma bisa googling baca artikel orang yang sudah pernah ke Ijen. Jadi ketika kamu mulai tertawa membaca cerita selanjutnya, itu wajar. Apalagi kamu "Anak Gunung". Pffffttt whatever lah... -__-
Dengan estimasi waktu yang gak jelas, kami berangkat dari kontrakan tercinta mengendarai 2 motor - Jalan Kalimantan 1 No. 80 Sumbersari - Jember, Jawa Timur - jam 3 sore. Perjalanan dari Jember ke Bondowoso memakan waktu 1 jam karena jembatan di Bondowoso diperbaiki, harus lewat muter. Sampai dipertigaan jalan Jember - Ijen - Situbondo (dari Jember kalau lurus ke Situbondo, kalau ke kanan menuju Ijen), berhenti sejenak mampir di mini market untuk beli bahan makanan.
Jam 4 lebih perjalanan berlanjut. Hari sangat panas, ini jelas nggak mungkin turun hujan. Perjalanan terasa sangat jauh. Hari semakin gelap dan kondisi di perjalanan dari Desa Sempol sejauh lebih kurang 13km ke Pos Paltuding. Karena ada beberapa hal 'bodoh' yang kami lakukan, terpaksa kami harus berhenti sejenak untuk ganti pakaian supaya tidak kedinginan diperjalanan. Sebelumnya kami cuma memakai celana pendek, sendal, jaket sweater, ini seperti kalau mau nongkrong di cafe. Maklum.
Perjalanan terasa sangat lama, mungkin efek hari sudah gelap, dingin, dan baru pertama kali. Kemudian jam 6 lebih baru kami sampai di Pos Paltuding. Disini adalah tempat kita mendaftar untuk melakukan pendakian ke Kawah Ijen. Di Pos Paltuding hanya ada bebrapa fasilitas saja seperti penginapan, warung kopi, area parkir, camping ground, dan toilet yang gak ada airnya (menurut penjaga pos, karena lagi musim kemarau).
Sesampainya di Pos Paltuding, kami mendaftar dan mengisi form pendakian. Karena kami nggak punya tenda jadi harus sewa kamar penginapan. Rp 100.000/kamar 24 jam, Rp 1000 biaya parkir, dan Rp 2000 biaya masuk Ijen. Harga ini bisa lebih mahal ketika toilet ada airnya. Dari tadi ngomongin toilet gak ada airnya, terus kalau mau pee atau pup gimana? Menurut kamu gimana?
"Ya karena toilet gak ada airnya, jadi mas-mas ini bisa kencing atau bab ditempat yang gelap, itung-itung menyumbang pupuk organik untuk cagar alam..hahaha" Pak Penjaga POS PALTUDING
Jadi kalau pagi sampe sore belum gelap gimana kalau mau buang hajat? Di dalem kamar terus lampu dimatiin gitu, biar gelap. -__-
Setelah dapat kamar penginapan, kami istirahat dan makan. Setelah itu ngopi di warkop depan kamar penginapan. Menunya pun seadanya, serba goreng, hangat dan instan. Harganya gak semahal yang kita bayangkan kalau belum pernah kesini. Masih jauh mahal harga makanan di dalam kereta api.
Jam 10 kami kembali ke kamar penginapan dan mulai tidur agar nanti jam 1 malam bisa mulai mendaki. Kondisi Pos Paltuding ini sangat sepi dari awal kami datang sampai kamu sudah terlelap.
Karena baru pertama, kami berniat menunggu rombongan lain untuk mendaki. Ini sudah jam 1 lebih, tapi masih juga sepi. Setelah hampir jam 2 baru berdatangan mobil-mobil dengan tourist manca negara. Bismillah pendakian kami mulai....
Duh, belum sampai 200m, aku udah ngos-ngosan, padahal pendakian ini lebih kurang 3km. Dalam perjalanan kami bertemu bapak-bapak yang berangkat mencari belerang. "Mari pak..." Kami jalan menyalip si bapak. "Mari dek..." Eh jalan 5 menit disalip si bapak -_-
Nggak bisa dipungkiri, kondisi fisik dan keseharian sangat berpengaruh. Aku yang paling parah.... Udah gak inget berapa kali bilang break ke temen-temen. Selain dingin, ngantuk, oksigen (mungkin) juga menipis.
Ada hal 'bodoh' lain yang aku lakukan. Hanya menggunakan sendal untuk mendaki. Jadi repot karena medannya gak seperti pelataran menuju pintu masuk cafe. Makanya pake sendal keliatan paling bego dan memalukan -_-
Sekitar jam 3 lebih kami dan beberapa rombongan lain sampai di kantin peristirahatan. Nggak lama, di kantin belum ada yang jualan, kami berhenti hanya untuk minum dan mengumpulkan energi untuk menuju kawah. Ada hal yang bikin kami malu, dalam rombongan ada sepasang kakek-nenek bule, udah uzur tapi semangat dan fisiknya oke. Yaudah daripada malu-maluin, kita cabut duluan ke kawah. Menurut guide setempat, dari kantin ke kawah tinggal 250m lagi, tapi dengan kemiringan yang lebih dari jalan Pos Paltuding ke kantin. Baru jalan beberapa meter, dua sejoli kakek-nenek ini udah nyalip aja. Sial... Udah ah biarin, kalau jaim ya sakit semua.
Sekitar 25 menit jalan, kami sampai di atas kawah. Karena masih gelap, warna air di kawah tidak kelihatan, tapi ada objek lain yang istimewa untuk meunggu kawah berwarna hijau, yaitu blue fire. Dari hasil googling sebelum berangkat, banyak artikel yang bilang kalau api biru di kawah ijen ini salah satu dari dua yang ada di dunia. Sampai disini, ada perdebatan kecil diantara kami. Riezto kurang interest sama blue fire karena lebih pengen lihat sun rise. Aku dan temen-temen lain gak menyalahkan Riezto, ada beberapa hal yang memang bikin orang males lihat blue fire, yaitu medan yang harus ditempuh untuk bisa mendekat menikmati blue fire. Selain itu, sendal dan sepatu kets yang kita pakai jelas nggak nyaman untuk turun ke kawah.
Dari puncak kawah, jalan setapak menuju blue fire memiliki kemiringan yang ekstrim. Bahkan ada beberapa titik tanpa bebatuan yang bisa dibuat pegangan dan posisinya nyaris 70 derajat kemiringan. Nggak tau juga sih, ilmu derajat nggak terlalu berlaku buat anak SI. Kalau salah ya wajar. Intinya bener-bener curam dan bebatuan yang kita injak nggak semuanya solid.
Akhirnya kami putuskan untuk tetap turun. Jalan begitu membingungkan jika jauh dari rombongan, seperti banyak rute. Tapi ada satu jalan yang begitu membekas karena setiap hari dilewati oleh para penambang belerang. Menuruni dengan hati-hati, akhirnya sekitar 20 menit kami sampai dan benar-benar dekat dengan blue fire. Rasa lelah hilang begitu saja setelah melihat api biru ini dari dekat. Bener-bener WOW! Hanya ada satu masalah setelah didekat blue fire, yaitu arah angin yang mendadak ganti, ini membuat asap belerang menyerbu kita yang ada disebelah. Sangat sesak, seperti deket dengan sakaratul maut jika angin ini terlalu lama ke arah kita.
Hal yang paling penting adalah, mengabadikan momen ini, yang bisa saja sekali seumur hidup didekat blue fire yang indah ini.
Setelah puas menikmati blue fire, dan sudah jam 4.30. Tujuan kami adalah sun rise. 30 menit untuk naik ke puncak kawah. Percaya atau enggak, dari bawah melihat ke atas kawah, sepeti melihat gedung berlantai banyak yang lurus didepan kita. Perjalanan keatas lebih menyakitkan daripada kebawah. Gantian kami bilang break. Udah gak keitung berapa kali. Padahal saat itu kami cuma bawa tas kecil, itu bagaimana para penambang yang membawa beban berkilo-kilo belerang?!
Jam 5 persis kami sampai kembali di atas kawah. Aku menyempatkan bertanya pada penambang belerang kemana arah untuk menikmati sun rise. Si bapak hanya menunjuk ke satu titik. Dari posisi saat itu aku dan temen-temen berdiri, bisa dikira-kira itu sangat jauh.
Ketika sampai di atas, semua capek. Diem aja ngelihat kawah yang mulai kelihatan warna hijaunya. Dari sini kami gagalkan perjalanan untuk menikmati sun rise. Takut kelewat momen dan efek lelah setelah menikmati blue fire.
Kami menikmati pesona kawah ijen berjam-jam dan jajaran pegunungan yang indah. Foto-foto kami ambil. Benar-benar ini alam Indonesia yang indah. Memang keinginan untuk berlibur ke luar negeri selalu ada, tapi nikmati dulu indahnya pesona alam di tanah air dari dekat!
Sudah hampir jam 7. Saatnya turun ke Pos Paltuding. Rasa capek-capek tadi sudah hilang, terobati dengan keindahan alam di Ijen. Perjalanan pun dimulai. Sampai di kantin setengah jam kemudian. Rehat sejenak melepas lelah. Perjalanan dari kantin ke Pos Paltuding justru lebih berat, karena berjalan turun. Beban tubuh berlipat.
Sampai di Pos Paltuding sekitar pukul 9 lebih. Nggak nunggu lama, langsung sarapan sambil ngopi di kantin sembari main kartu. Ngobrol-ngobrol sejam. Jam 11 kami berangkat pulang. Jam 2 lebih sampai di Bondowoso, kemudian Dymas naik bus ke Situbondo. Lanjut ke Jember dan sampai di kontrakan sekitar jam 3 sore. Sangat melelahkan. Tapi dibayar puas dengan pesona Ijen. Terima kasih Ijen, terima kasih Indonesia, terima kasih teman-teman.... :)
Beberapa gambar yang kami ambil secara amatir dari Ijen untuk oleh-oleh anak cucu.
Sampai di Pos Paltuding sekitar pukul 9 lebih. Nggak nunggu lama, langsung sarapan sambil ngopi di kantin sembari main kartu. Ngobrol-ngobrol sejam. Jam 11 kami berangkat pulang. Jam 2 lebih sampai di Bondowoso, kemudian Dymas naik bus ke Situbondo. Lanjut ke Jember dan sampai di kontrakan sekitar jam 3 sore. Sangat melelahkan. Tapi dibayar puas dengan pesona Ijen. Terima kasih Ijen, terima kasih Indonesia, terima kasih teman-teman.... :)
Beberapa gambar yang kami ambil secara amatir dari Ijen untuk oleh-oleh anak cucu.